Arini Istri Sahabatku



Aku mempunyai sahabat sedari kecil, kami tumbuh bersama, kenakalan kecil, belajar mabuk, melamar pekerjaan, bahkan main cewek pun kami berangkat bersama. Robert memang ganteng dan lumayan play boy. Yang aku tahu pasti, dia termasuk hiper. Two in one selalu menjadi menu wajib kalo kami mampir ke jl Mayjen Sungkono Surabaya. Dia juga mempunyai banyak teman mahasiswi yang “siap pakai” dan lucunya dia sering menawari aku bercinta dengan gadis mahasiswinya di depan hidungnya. Terkadang dia mengajak threesome. Aku sih ok ok saja, why not…enak kok…dan lagi ketika itu aku cuma karyawan swasta yang bergaji kecil ketika itu sedang Robert sudah memiliki usaha sendiri yang cukup sukses.


Sayang sekali di umur 35, sahabatku ini mengalami kecelakaan yang membuat dia terpaksa menggunakan kursi roda. Padahal dia baru 2 tahun menikah dan dikaruniai satu anak laki laki yang lucu.


Peristiwa ini benar benar membanting dirinya, untunglah Arini benar benar istri yang setia dan selalu memompakan semangat hidup agar Robert tidak menyerah. Sebagai sahabat akupun tidak bosan bosannya menghibur agar dia mau mencoba mengikuti terapi.


Seperti biasa di malam minggu aku main kerumahnya, daripada ngluyur nggak karuan, maklum setua ini aku masih bujang.


“ Ron..elo masih ingat jaman kita gila dulu. Minimal gue selalu ambil dua cewek. Hahahaha dan mereka selalu ampun ampun kalo gue ajak lembur.” Robert tersenyum senyum sendiri. Aku memahami rupanya Robert terguncang karena kemampuan sex yang dibanggakan mendadak tercerabut dari dirinya.


“ Ron, gue harus sampaikan sesuatu ke elo, kenapa gue selalu bicara tentang sex ke elo. Hhhhhhhh....gue kesian sama Arini....dia istri yang baik dan setia, tetapi gue tidak mungkin memaksa dia untuk terus menerus mendampingi gue. Dia punya hak untuk bahagia. Dan lagi....hhhh dan lagi....” Robert terdiam cukup lama.


“ Istriku masih muda, 25 tahun….gue nggak ingin dia nanti menyeleweng. Lebih baik kami berpisah baik baik, dia bisa mendapatkan suami yang lebih baik.” Matanya menerawang.


Tetapi Arini tetap bersikukuh tidak mau. Baginya menikah cuma sekali dalam hidupnya. Tetapi gue kuatir Ron...gue kuatir...karena...hhhhh karena....Arini nafsunya besar. Bisa kamu bayangkan betapa tersiksanya dia. Kami dulu hampir setiap hari bercinta.

Robert terdiam lagi lama.


“Kemarin dia bicara, mas aku nggak akan menyeleweng, karena cintaku sudah absolut. Kalo kamu memaksa untuk berpisah, aku tidak bisa. Memang kalau bicara sex, sangat berat bagiku. Tapi kita bisa mencoba pakai tangan kan mas. Mas bisa puasin pakai tangan mas, pake lidah juga masih bisa....kita coba dulu mas...


Kami mencobanya tetapi karena lumpuhku, jari dan lidahku tidak bisa maksimal, dan dia tidak mampu orgasme. Sempat juga pakai dildo. Itupun juga gagal. Ini lebih disebabkan posisi tubuhku yang tidak mendukung. Akhirnya aku mengatakan bahwa bagaimana kalau kamu mencoba pakai cowok beneran. Kita bisa pakai gigolo, asal kamu bercinta di depanku jangan di belakangku. Aku bilang bahwa ini hanya murni untuk menyenangkan dirinya. Kamu tahu...istriku hanya menangis, dalam hatinya sebenarnya dia mungkin mau tapi entahlah...”Robert sudah tidak berloe gue lagi....


Hhh...sebenarnya aku mau minta tolong kamu...pertama kamu temanku, sudah seperti saudara sendiri, kamu belum menikah, kamu sekarang juga sudah nggak segila dulu...mungkin udah berhenti ya ?....jadi aku minta tolong...bener bener minta tolong..puaskan istriku...” Kata Robert, suranya sedikit tercekat...


“ No..no..no no no no....nggak Rob..aku nggak mau...maaf aku gak bisa bantu seperti itu, Arini wanita baik baik, aku melihatnya seperti malaikat. Dan aku sungguh menghormatinya. Sorry aku pulang dulu Rob...tolong pembicaraan ini jangan diteruskan.” Aku menghindar.


Arini adalah wanita sempurna, cantik, hatinya lembut, setia ke suami, tidak neko neko, dan tubuhnya benar benar sempurna. Robert benar benar sinting kalo aku diminta meniduri istrinya...


3 minggu kemudian, pagi pagi aku mampir lagi ke rumahnya, aku pikir dia sudah tidak mau membicarakan itu lagi, ternyata aku salah. Kali ini dia memintaku sambil memohon, bahkan matanya berkaca kaca : “ Ron please, bantu aku, kamu tidak kasihan lihat istriku ? kami sudah sepakat kalau kamu dan dia tidak perlu ML. Mungkin memuaskan dengan tangan atau lidah ?


Aku sungguh tidak setuju dengan rencananya, tapi melihat permintaannya hatiku trenyuh...: “Ok Rob, aku coba bantu, tapi aku perlu bicara dulu dengan Arini....”


“Bicaralah dengannya, dia ada di beranda belakang, bicaralah..”.Desak Robert.


Perlahan aku melangkah ke bagian belakang rumahnya yang besar, aku lihat Arini sedang menyirami bunga anggrek, sinar matahari pagi turut menyiram wajahnya yang lembut, kimononya yang berwarna merah kontras sekali dengan kulitnya yang putih bersih,..sungguh anggun... Mungkin Robert sudah memberi tahunya karena dia seperti menunggu kedatanganku.


“ Hai Rin...mana si kecil Ardi ? masih tidur ya ?” Tanyaku basa basi.

“Hai mas..iyaaa..Ardi masih bobo...tumben datang pagi begini...udah sarapan belum ?”Arini tersenyum lembut. Wajahnya hanya ber make up tipis, begitu sempurna.


==>> || Halaman berikutnya..



Subscribe to receive free email updates: